Hari ini Rubi sudah bisa melompat ke atas rumah-rumahan kardusnya. Dia juga sudah bisa melewati rintangan yang kubuat untuknya. Oh ya, Rubi adalah anak kelinci jenis Dutch berumur 2
bulan lebih 3 minggu.
Senin, 19 Oktober 2015
Rabu, 07 Oktober 2015
Gadis Kecilku Tersayang
Gadis kecil itu menarik perhatianku. Binar matanya menunjukan ia sangat tertarik denganku dan teman-temanku. Senyumnya mengembang ketika Ibu Rabbit mengeluarkan kami dan melihat kami melompat ke sana ke mari dengan gembira. Tatapan matanya tak lepas dari kami.
Hey, dia mengenal aku dan teman-temanku! Dia bisa menyebutkan jenis kami masing-masing. Sungguh gadis kecil yang luar biasa! Aku jadi penasaran dengannya...
Lihat! Sepertinya dia menaruh perhatian lebih padaku dan dua temanku ... Tapi dia tampak ragu-ragu ketika mengetahui umur kami yang baru dua bulan. Dia bilang seharusnya kami masih menyusu pada induk kami, namun Ibu Rabbit meyakinkannya bahwa kami sudah kuat dan akan baik-baik saja. Keraguan masih tersirat dalam sorot matanya tapi tampaknya hatinya telah jatuh cinta kepadaku dan temanku. Binar-binar matanya tak bisa berbohong.
Gadis kecil berkerudung merah itu sibuk bertanya banyak hal kepada Ibu Rabbit; apa makananku, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Sepertinya dia sudah banyak belajar tentang kami. Oooh..aku suka sekali dengannya!
Ibu Rabbit mengangkatku dan memasukkanku ke dalam kandang bersama temanku si Tiga Warna. sepertinya kami akan melakukan perjalanan panjang bersama gadis kecil. Yeay...asyikk!
Sepanjang perjalanan aku dan temanku sibuk mengira-ngira seperti apa rumah baru kami nanti. Gadis kecil pun sibuk menyiapkan nama untuk kami. Suaranya terdengar sangat riang.
Tiba-tiba mobil berhenti, pintunya terbuka dan kandang yang kami tempati terasa melayang.
Hamparan rumput hijau terbentang di hadapan kami. Wuaah.. bakalan rame nih tinggal di sini!
Gadis Kecil, kemanakah engkau? Mengapa belum kau tutup juga kandang kami? Biasanya engkau selalu tertib mengurus kami.
Rubi , mengapa dia belum datang juga ya? Aku kedinginan .
Tenanglah Opal, sebentar lagi dia datang...
Gadis kecil itu akhirnya datang juga suaranya penuh kekhawatiran menyadari keterlambatannya menyelimuti kandang kami .
Terimakasih Gadis Kecil, engkau tidak lupa pada kami...
Aku ingat pagi tadi saat melihatku meringkuk di sudut kandang, gadis kecil mengangkatku dan mengusap punggungku dengan lembut dan mendekatkan makanan padaku. Suaranya terdengar ceria ketika aku melompat kesana kemari. Sore harinya ketika aku merasa lapar, dia datang dengan wortel kesukaanku. Aku lahap sekali memakannya. Oh Gadis Kecil, engkau sungguh baik, engkau mengurus kami dengan baik pula...
Sinar matahari pagi menyapaku. Namun aku merasa sangat lemas. Angin terasa menusuk tulang.
Gadis kecilku, maafkan aku, sepertinya aku tidak bisa bermain lagi denganmu.
Masih terasa hangatnya belaianmu. Selimut yang kauberikan membuatku merasa nyaman. Namun perutku terasa sangat sakit.
Mata indah itu terlihat begitu khawatir dan sedih. ada penyesalan mendalam dari sorot matanya.
Gadis kecilku, jangan menangis! Aku tahu engkau masih belajar, seperti juga aku yang masih belajar untuk bertahan hidup tanpa indukku.
Aku tahu engkau sudah berusaha sebaik mungkin merawatku. Teruslah belajar untuk menjadi lebih baik.
Aku menyayangimu, Gadis Kecilku!
Cerita oleh Mama dalam Kelas Menulis Amira
Hey, dia mengenal aku dan teman-temanku! Dia bisa menyebutkan jenis kami masing-masing. Sungguh gadis kecil yang luar biasa! Aku jadi penasaran dengannya...
Lihat! Sepertinya dia menaruh perhatian lebih padaku dan dua temanku ... Tapi dia tampak ragu-ragu ketika mengetahui umur kami yang baru dua bulan. Dia bilang seharusnya kami masih menyusu pada induk kami, namun Ibu Rabbit meyakinkannya bahwa kami sudah kuat dan akan baik-baik saja. Keraguan masih tersirat dalam sorot matanya tapi tampaknya hatinya telah jatuh cinta kepadaku dan temanku. Binar-binar matanya tak bisa berbohong.
Gadis kecil berkerudung merah itu sibuk bertanya banyak hal kepada Ibu Rabbit; apa makananku, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Sepertinya dia sudah banyak belajar tentang kami. Oooh..aku suka sekali dengannya!
Ibu Rabbit mengangkatku dan memasukkanku ke dalam kandang bersama temanku si Tiga Warna. sepertinya kami akan melakukan perjalanan panjang bersama gadis kecil. Yeay...asyikk!
Sepanjang perjalanan aku dan temanku sibuk mengira-ngira seperti apa rumah baru kami nanti. Gadis kecil pun sibuk menyiapkan nama untuk kami. Suaranya terdengar sangat riang.
Tiba-tiba mobil berhenti, pintunya terbuka dan kandang yang kami tempati terasa melayang.
Hamparan rumput hijau terbentang di hadapan kami. Wuaah.. bakalan rame nih tinggal di sini!
Gadis Kecil, kemanakah engkau? Mengapa belum kau tutup juga kandang kami? Biasanya engkau selalu tertib mengurus kami.
Rubi , mengapa dia belum datang juga ya? Aku kedinginan .
Tenanglah Opal, sebentar lagi dia datang...
Gadis kecil itu akhirnya datang juga suaranya penuh kekhawatiran menyadari keterlambatannya menyelimuti kandang kami .
Terimakasih Gadis Kecil, engkau tidak lupa pada kami...
Aku ingat pagi tadi saat melihatku meringkuk di sudut kandang, gadis kecil mengangkatku dan mengusap punggungku dengan lembut dan mendekatkan makanan padaku. Suaranya terdengar ceria ketika aku melompat kesana kemari. Sore harinya ketika aku merasa lapar, dia datang dengan wortel kesukaanku. Aku lahap sekali memakannya. Oh Gadis Kecil, engkau sungguh baik, engkau mengurus kami dengan baik pula...
Sinar matahari pagi menyapaku. Namun aku merasa sangat lemas. Angin terasa menusuk tulang.
Gadis kecilku, maafkan aku, sepertinya aku tidak bisa bermain lagi denganmu.
Masih terasa hangatnya belaianmu. Selimut yang kauberikan membuatku merasa nyaman. Namun perutku terasa sangat sakit.
Mata indah itu terlihat begitu khawatir dan sedih. ada penyesalan mendalam dari sorot matanya.
Gadis kecilku, jangan menangis! Aku tahu engkau masih belajar, seperti juga aku yang masih belajar untuk bertahan hidup tanpa indukku.
Aku tahu engkau sudah berusaha sebaik mungkin merawatku. Teruslah belajar untuk menjadi lebih baik.
Aku menyayangimu, Gadis Kecilku!
Cerita oleh Mama dalam Kelas Menulis Amira
Langganan:
Postingan (Atom)